Total Tayangan Halaman

Sabtu, 18 Mei 2013

Butterfly Effect: ("Does the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas?")

Apakah anda pernah mendengar atau membaca tentang Butterfly Effect? Kali ini saya ingin menulis tentang hal ini, tapi sekali lagi, SAYA TIDAK AKAN MEMBAHAS SISI ILMIAHNYA (mau dibahas juga keknya saya ga bakalan sanggup). Saya hanya mencoba menuliskan pikiran liar saya yang saya coba mengaitkannya dengan butterfly effect. Sebagai pembuka, terutama bagi pembaca yang masih belum mendapat gambaran mengenai butterfly effect, berikut saya sisipkan penjelasan singkat (ngga singkat juga sih) yang saya comot dengan semena-mena dari wikipedia.

Butterfly effect (Efek kupu-kupu) adalah istilah dalam "Teori Chaos" (Chaos Theory) yang berhubungan dengan "ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal" (sensitive dependence on initial conditions), di mana perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem non-linear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam keadaan kemudian. Istilah yang pertama kali dipakai oleh Edward Norton Lorenz ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil secara teori dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Fenomena ini juga dikenal sebagai sistem yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal. Perubahan yang hanya sedikit pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang. Jika suatu sistem dimulai dengan kondisi awal misalnya 2, maka hasil akhir dari sistem yang sama akan jauh berbeda jika dimulai dengan 2,000001 di mana 0,000001 sangat kecil sekali dan wajar untuk diabaikan. Dengan kata lain: kesalahan yang sangat kecil akan menyebabkan bencana dikemudian hari. (*)

Dari uraian mbah wiki diatas dapat saya simpulkan bahwa butterfly effect adalah akumulasi hal/peristiwa kecil yang bisa jadi memiliki dampak besar dimasa yang akan datang. Hal/peristiwa tersebut cenderung bersifat acak dan sepertinya tak berhubungan sama sekali.

Imajinasi liar saya membayangkan sebuah kejadian rekaan, yang mungkin bisa membawa pembaca sepemahaman dengan kesesatan saya menerjemahkan pengertian butterfly effect ini, misalnya;

Saat sedang berjalan saya melihat sebuah kayu dengan paku berkarat di tengah jalan, karena malas repot, saya tidak menyingkirkan kayu tersebut. Beberapa waktu kemudian ada anak kecil (sebut saja Budi) berlari melewati jalan itu dan menginjak paku berkarat yang tertancap pada kayu. Luka akibat paku itu beberapa hari kemudian menyebabkan infeksi yang parah. Berhubung ayah si Budi sehari-hari hanya bekerja sebagai pemulung (dan ibunya sudah lama meninggal), dia tidak bisa membawa Budi berobat untuk mendapatkan perawatan yang semestinya. Seminggu kemudian si Budi yang malang meninggal dunia. Padahal seandainya dulu saya menyingkirkan kayu keparat itu, hal ini tidak akan terjadi. Budi akan tetap hidup dan ternyata jika ia tetap hidup, dia lah yang akan menjadi pemimpin masa depan negeri ini yang berhasil membawa Indonesia menjadi negara yang makmur dan bermartabat di muka bumi.

Bayangkan, hanya gara-gara saya malas membuang sebuah kayu berpaku bisa berdampak bagi seluruh rakyat Indonesia dimasa depan!! Meskipun tindakan saya hanya merupakan bagian dari sebuah himpunan kejadian yang nantinya akan menyebabkan Budi bisa menjadi seorang pemimpin besar. Kejadian saat Budi menjadi seorang pemimpin besar memiliki ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal yang salah satunya adalah tindakan/keputusan saya terhadap kayu berpaku tersebut.

Apakah cerita rekaan ini cukup sampai disana? Tentu tidak! Seperti apa yang saya pahami "butterfly effect adalah akumulasi hal/peristiwa kecil yang bisa jadi memiliki dampak besar dimasa yang akan datang" Seandainya dulu saya menyingkirkan kayu berpaku di tengah jalan itu, budi akan tetap hidup. Beberapa bulan kemudian secara tidak sengaja ayah si Budi (sebut saja Pak Narto) menolong seorang istri pejabat (terserah apa jabatannya) yang akan dirampok oleh remaja berusia 18 tahun (detail kejadiannya silakan anda bayangkan sendiri karena saya malas memberi deskripsi). Sebagai ucapan terimakasih, istri pejabat tadi mengajak Pak Narto ke rumahnya. Sampai di rumahnya, Pak Narto dikenalkan kepada suaminya yang dengan senang hati menerima Pak Narto untuk tinggal dan bekerja sebagai satpam dirumahnya. Kebetulan pejabat tersebut tidak memiliki anak, ketika melihat Budi, pejabat itu suka padanya, mengangkatnya sebagai anak dan menyekolahkannya hingga lulus perguruan tinggi. Dan seperti sudah disebutkan sebelumnya, Budi akhirnya menjadi pemimpin besar republik ini. (hassyyuuu... ceritanya sinetron banget!!)

Pada saat yang bersamaan, kayu berpaku yang saya singkirkan tadi, saya lempar ke sebuah selokan. Saat itu anak kecil lain (sebut saja Badu) sedang menangkap belut diselokan itu, belut yang akan dijadikan sebagai lauk makan malam keluarganya yang miskin. Tidak sengaja si Badu menduduki kayu berpaku (nih anak jauh lebih sial dibanding Budi yang cuma kena di kaki, Badu kena di pantat). Beberapa hari kemudian Badu mendapat demam berat akibat infeksi. Keluarganya tak bisa berbuat apa-apa karena tidak memiliki biaya. Kakaknya yang tidak tega melihat penderitaan Badu mengambil jalan pintas untuk membiayai pengobatan Badu, ia merampok seorang ibu yang sedang berbelanja! Benar dugaan anda, itu adalah istri pejabat yang ditolong Pak Narto.

Singkat cerita, kakak si badu akhirnya masuk penjara dan sakit si Badu tidak bisa disembuhkan. Badu kecil akhirnya meninggal dunia. Seandainya Badu tidak meninggal, dimasa depan Badu akan menjadi seorang diktator paling kejam yang pernah dimiliki Indonesia.

Dari penjelasan diatas yang justru membuat semua semakin tidak jelas, dapat kita lihat berbagai kemungkinan yang terjadi yang berdampak luas dimasa depan. Jika salah satu kejadian awal berubah, maka akan terjadi perubahan ekstrim pada kejadian masa depan. Bayangkan jika kayu berpaku tadi saya buang ke tempat sampah . Budi dan Badu akan sama-sama tetap hidup, dan siapa diantara keduanya yang akan menjadi pemimpin masa depan Indonesia akan ditentukan oleh banyak peristiwa acak lainnya yang terjadi. Bagaimana nasib negeri ini dimasa depan ditentukan oleh himpunan peristiwa-peristiwa kecil yang seakan tidak berarti, tetapi akumulasi dari peristiwa kecil-kecil itu merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk terwujudnya sebuah keadaan yang berdampak besar dimasa depan. 

Cukup sekian untuk imajinasi liar saya yang mulai tanpa arah. Sekarang topiknya saya persempit untuk diri saya sendiri. Kadang saya menyadari ketika mengingat-ingat berbagai peristiwa dimasa lalu. Saya berandai-andai, seandainya dulu saya begitu mungkin hasilnya tidak begini, seadainya saya begini, mungkin hasilnya tidak begitu. Tentu saja berandai-andai seperti ini tidak diperbolehkan, apalagi jika ujung-ujungnya bermuara pada penyesalan. Saya berandai-andai bukan untuk menyesali, tetapi untuk koreksi diri. Sampai detik ini sangat sedikit hal-hal yang dulu saya lakukan yang saya sesali. Alhamdulillah, saya puas dan bersyukur dengan hidup saya saat ini. Seburuk apapun kejadian masa lalu yang saya alami, hal itulah yang membentuk saya menjadi saya hari ini.

Mungkin dimasa lalu banyak kesempatan-kesempatan yang saya sia-siakan karena menyepelekan sebuah peristiwa atau kejadian kecil. Mungkin banyak keburukan-keburukan yang berhasil saya hindari karena tidak peduli pada hal-hal yang sepele tersebut. Ada banyak kemungkinan. Tentu saja kemungkinan-kemungkinan itu bisa dijadikan perdebatan dengan mengabaikan takdir karena semua akan berhenti diperdebatkan ketika sudah menginjak wilayah takdir. Demi Allah, sebagai muslim saya percaya takdir yang dalam menjalaninya selalu harus diiringi dengan ikhtiar, tapi pembahasan saya tidak kesana, saya merasa masih belum cukup kuat membahas masalah agama karena jika salah, saya akan jadi manusia sesat yang menyesatkan. Hehehehehe...

Jadi, apakah semua hal-hal sepele harus kita beri perhatian lebih? Tentu tidak, cukup pada hal-hal baik. Peristiwa sepele namun memiliki tunas kebaikan yang harus kita beri perhatian. Tunas-tunas kebaikan yang suatu saat nanti mudah-mudahan akan menumbuhkan pohon kebaikan yang kuat dan mengakar (jika himpunan kondisi awal yang menjadi syarat terpenuhi). Meski sebuah kebaikan bisa saja berakibat buruk, akan tetapi sebenarnya bukan kebaikan itu yang berdampak buruk, bisa jadi ada keburukan yang sepele mengkontaminasi kebaikan yang dilakukan, persis seperti pengertian butterfly effect tadi. Hal yang buruk terjadi karena ada keterlibatan keburukan dalam himpunan kejadian yang merusak keseimbangan proses dalam sebuah sistem.

Sebagai penutup dari uraian diatas, sudah saatnya kita peduli dan memulai dengan hal-hal kecil yang terkadang sangat sepele. Mungkin tanpa kita sadari kita sudah mengabaikan suatu hal/peristiwa yang kita anggap sepele padahal nantinya ia akan memberi dampak teramat besar pada hidup kita. Kita sudah mematahkan sayap kupu-kupu yang cantik sebelum ia sempat terbang dan berpartisipasi dalam menciptakan sebuah badai yang setelah reda mungkin diakhiri dengan sebuah pelangi yang indah. Kita mengabaikan dan bahkan membunuh ulat kecil yang terlihat menjijikkan sebelum ia sempat menjadi kupu-kupu yang cantik yang akan mengubah kehidupan kita.

NB: Saat mulai menulis ini tadi malam, kebetulan seekor kupu-kupu masuk ke dalam kamar saya, wujudnya cukup indah, dengan warna jingga terang. Tapi saat tulisan ini selesai, kupu-kupu itu sudah mati (hiks..hiks...)
Lagipula saya kurang bisa memastikan apakah itu ngengat (moth) atau kupu-kupu (butterfly), kemungkinan besar ngengat karena nokturnal dan sayapnya yg membentang saat hinggap.

Dengan segala hormat kepada Tuan Edward Norton Lorenz, sorry bos, butterfly effect-nya saya acak-acak dengan brutal.

2 komentar:

  1. Nice :D Baca juga artikel saya tentang ini di http://zulkaiser.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Cukuuup ... (cukup apa ya..? wkwkwk) isi sendiri bosque!

    BalasHapus