Total Tayangan Halaman

Minggu, 01 Februari 2015

Zona Nyaman Itu Sebenarnya Sangat Nyaman

Kerangka tulisan ini sebenarnya sudah ada sejak lebih dari setahun. Tapi entah kenapa, semangat untuk menyelesaikannya tidak pernah muncul. Akhirnya cuma parkir di dalam folder draft. Kalau saja tulisan ini adalah manusia, pasti dia udah nangis-nangis minta diselesaikan atau dihapus sekalian. Intinya dia ini cuma minta kepastian dari saya. 

Kebetulan akhir pekan ini saya benar-benar tidak ingin keluar rumah sama sekali, benar-benar menikmati hidup dengan membaca, nonton, nge-game, dan menghabiskan waktu di depan komputer atau bahkan cuma sekedar tidur seharian (cuaca mendukung cuk). Akhirnya bosan juga, mau keluar lihat pameran batu di jakal tapi hujan. Ya sudah, akhirnya pas otak-atik blog ngeliat "batu" yang belum selesai diasah ini. Tinggal memperhalus saja kok.

Sering kita mendengar orang bicara tentang meninggalkan "Zona Nyaman". Zona ini dianggap sebagai penghambat seseorang untuk berkembang lebih jauh. Zona ini sering dilecehkan oleh para motivator sebagai zona penampungan bagi individu-individu pemalas. Termasuk motivator yang satu itu tuh, iya... yang saya maksud memang dia.

Masih banyak lagi saya temukan tulisan di facebook, twitter, dsbg yang menghina zona nyaman secara keterlaluan dan secara tidak langsung merendahkan para penghuninya. Sebagai salah satu penghuni tetap di dalam zona nyaman, saya bertekad untuk melakukan perlawanan.

Saya tidak tahu apa isi kepala orang-orang yang dengan lantang berteriak tentang meninggalkan zona nyaman. Saya bertanya dalam hati, apakah orang-orang ini benar-benar paham dengan apa yang mereka ucapkan? Atau mereka cuma gagah-gagahan mengulang-ulang ocehan motivator idola mereka tanpa mencerna kalimat yang dilontarkan? Saya tidak tahu apa sebenarnya yang mereka cari dalam hidup ini. Karena semangat mereka yang menggebu untuk meninggalkan zona nyaman, maka dengan logika sederhana dapat saya simpulkan bahwa orang-orang ini mencari "ketidaknyamanan" dalam hidup. Serius nih? Hidup ini sudah susah cuk, kenapa makin dipersulit? 

Selanjutnya mereka, para pejuang anti zona nyaman seringkali menghina kami para penghuni zona nyaman sebagai orang yang cepat berpuas diri. Oke, kalau begitu izinkan saya menghina balik bahwa kalian adalah orang-orang tamak yang tidak pernah merasa puas! Kami sudah cukup puas dan bersyukur dengan apa yang kami dapat. Tapi itu bukan berarti kami tidak berusaha meningkatkan kualitas diri (dalam berbagai hal).

Huahahahaha.... bagi yang sudah membaca paragraf kelima dan keenam dengan terlalu serius, maaf saya mengecewakan anda. Tidak ada pemisahan yang ekstrim kok antara kedua kubu dan bahkan saya rasa kubu itu sebenarnya memang tidak ada.  Sebenarnya saya hanya kurang sepakat dengan istilah "meninggalkan zona nyaman". Menurut saya, bukankah lebih tepat kalau istilah yang digunakan bukanlah "Meninggalkan Zona Nyaman" melainkan "Meninggalkan Zona Stagnan".

Tidak perlu meninggalkan zona nyaman bila anda sudah mencapai zona tersebut. Kalau sudah nyaman, silakan dinikmati segala kenyamanan yang ada. Tapi alangkah baiknya bila anda berusaha untuk meninggalkan zona stagnan. Zona stagnan adalah zona dimana segala potensi yang anda miliki tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sayang sekali seandainya anda belum nyaman dan menyadari bahwa anda berada pada kondisi stagnan sementara anda yakin bahwa potensi yang anda miliki dapat menghasilkan sesuatu yang jauh lebih hebat, lebih baik, dan lebih bermanfaat.

Sebenarnya kalau anda sudah mencapai zona nyaman, peduli setan, terserah orang mau bilang apa, nikmati saja. Bisa jadi anda merasa nyaman saat berada di dalam zona stagnan, tapi bukankah anda sudah merasa nyaman? Percayalah, kenyamanan dalam hidup itu sesuatu yang sangat mahal dan langka. Karena itu jangan disia-siakan dengan meninggalkannya. Yang tidak baik itu adalah ketika anda tidak nyaman dengan kondisi anda saat ini tapi tidak berusaha maksimal  -(dalam hal apapun juga)- sesuai dengan potensi yang anda miliki. Selanjutnya, jika sudah berusaha maksimal dengan segala upaya tapi ternyata masih belum memetik hasil seperti yang diharapkan, artinya memang sudah ditakdirkan seperti itu. Ya, cukup satu kata "takdir" untuk menjelaskannya, tidak perlu dipermanis dengan berbagai kalimat-kalimat bersayap yang tak berguna.

Akhir kata, menurut saya yang perlu kita lakukan bukanlah memperdebatkan zona-zona sebagaimana tersebut diatas. Melainkan cukup dengan berusaha maksimal dengan usaha yang logis dan realitis sembari mengukur kemampuan diri dan menikmati/mensyukuri/menerima hasil apapun yang didapat setelahnya. Mengukur kemampuan diri dan menyadari keterbatasan diri merupakan hal yang sangat krusial, jangan sampai katak hendak menjadi lembu. Lebih jauh lagi, dunia cuma persinggahan sementara, waktu kita teramat singkat untuk berpikir dan bertindak terlalu rumit. Jadi, ketika anda sudah mencapai zona nyaman, nikmatilah dan jangan pedulikan apa kata orang.



Catatan tambahan: Mungkin banyak yang tidak setuju dengan pendapat saya, tapi seperti inilah pendapat saya. Mungkin saya salah, tapi inilah jalan yang saya pilih dan saya yakini. Bisa jadi suatu hari nanti pandangan saya berubah, tapi sampai detik ini seperti inilah pandangan saya. Saya merasa sangat nyaman memandang dunia dari sudut ini. Kalau anda tidak setuju, berarti anda memandang dunia dari sudut yang berbeda. Jadi ini bukan masalah benar atau salah melainkan hanya sekedar perbedaan sudut pandang. Wassalam.... 

#NggaPenting : Gw nyelesain tulisan ini sambil dengerin lagu2nya Pink Floyd, entah kenapa pas nyampe lagu Comfortably Numb rasanya agak sedikit aneh. Apa dijadiin soundtrack tulisan ini aja ya? Bwahahahaha... Ngaco!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar