Dulu, waktu awal-awal nge-blog disini (dulu ada sih ditempat lain, tapi sudah almarhum) rencana saya sangat mulia -minimal satu tulisan setiap dua minggu-. Tapi apa daya, Tuhan berkehendak lain. Selanjutnya target saya turunkan menjadi -satu tulisan setiap bulan-. Ternyata kehendak Tuhan masih lain, masih berbeda dengan cita-cita saya. Kemudian semua saya ikhlaskan, saya pasrahkan, menulis hanya bila ada waktu luang. Semua saya serahkan dalam genggaman takdir yang mengalir seperti air.
Setelah lama ditunggu, saat itu datang juga, libur lebaran, ngga bisa mudik, 9 hari ga ada kerjaan. Oleh karena itu, ayo menulis lagi. Berhubung masih dalam suasana Idul Fitri maka tulisannya terkait kesana dan memang idenya karena itu. Topiknya sederhana diucapkan tetapi sulit dilakukan, tentang sebuah kata sederhana yang sering kita dengar setiap hari namun menjadi wabah saat lebaran, kata "MAAF".
Setiap lebaran bisa dipastikan hape anda nyaris tak berhenti berdering gara-gara pesan yang masuk dengan isi senada seirama dan kompak untuk minta maaf. Dan dari pesan-pesan yang masuk ke saya, ada beberapa hal dari segi isi pesan yang sepertinya sudah Terstruktur, Sistematis, dan Masif (jangan diseret ke arah lain, ini cuma ngebahas tentang maaf kok).
Isi yang saya maksud adalah sebagai berikut;
Pertama, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Kedua, Atas semua kesalahan baik yang disengaja atau tidak.
Ketiga, keknya cukup dua deh!
Mari kita bahas yang pertama. "Mohon Maaf Lahir dan Batin"
Maksud kalimat ini apa? Apakah ada dua jenis maaf dalam kehidupan? Maaf Lahir dan Maaf Batin. Anggap saja iya, lantas Maaf Lahir (selanjutnya disingkat ML) itu seperti apa? Selanjutnya tentu saja kita juga bertanya-tanya "Maaf Batin" (agar adil, seterusnya disebut MB) itu maaf yang seperti apa?
Apakah ML adalah maaf yang ditujukan untuk perbuatan yang menyakiti lahir sementara MB adalah maaf yang ditujukan untuk perbuatan yang menyakiti batin?
Seterusnya, pada sisi pemberi maaf, apakah ML adalah maaf yang secara lahir memaafkan tapi ada kemungkinan secara batin masih belum bisa menerima maaf tersebut? Jadi lahirnya bilang "iye, lu gw maapin" tapi dalam hati ngomong "bangke lu, enak aja minta maap begini doang, salah lu fatal, tau ngga!!"
Kita lanjut pada masalah yang kedua, "Atas semua kesalahan baik yang disengaja atau tidak".
Ini maksudnya apa? Kalau saya menangkapnya sederhana. Makna kalimat ini adalah "Sumpah, sebenarnya gw ngga tau gw salah apa, tapi karena sekarang lagi lebaran, gw ikutin aja trend minta-minta maap".
Dari sisi yang dimintakan maaf juga akan bertanya-tanya, "Ehh kampret, emang elu salah apa ke gw? perasaan dah 2 tahun ngga ketemu, sering gosipin gw ya? "
Jadi, inti dari tulisan ngaco diatas apa?
Bukan sok berlagak alim sih, tapi saya cuma menghimbau agar kita memaknai maaf (khususnya saat lebaran) lebih mendalam (mak, anakmu dah tobat). Bukan sekedar maaf yang bersifat ritual tapi miskin makna spiritual (anjriiittt, kalimat gw). Ini serius lho, beneran, buktinya sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya ketika si A ngomong "Si B itu dulu pernah begini begitu sama gw, sampe sekarang kalo ingat itu masih perih hati gw". Halo, mbak/mas, bukannya kemaren udah maaf-maafan melalui 3 lebaran setelah hal yang mendatangkan perih itu terjadi!!!
Jadi, cobalah meminta maaf dan memaafkan dengan lebih ikhlas. Setiap kali kata maaf terucap, jadikanlah itu maaf yang menggugurkan segala kesalahan yang ada. Dan terkadang untuk beberapa jenis kesalahan yang fatal, maaf lewat pesan saat lebaran tidak akan mencukupi apalagi jika hanya lewat broadcast message. Dan percayalah, serendah-rendahnya kata maaf adalah yang disampaikan cuma lewat status di media sosial (tanda udah dimaafkan sama yang baca juga keren lho, itu udah di-LIKE).
Contoh ekstrim bahwa maaf yang seperti disebutkan diatas terkadang tidak mencukupi adalah sebagai berikut, misalkan Si A melakukan pembunuhan terhadap anggota keluarga Si B, tetiba pas lebaran Si B menerima pesan dari Si A yang sedang menjalani masa hukuman dalam penjara "Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. 0-0 lagi yah". Hello... Lu bunuh orang trus minta maafnya cuma begitu doang!!!
Akhirul kalam (bener ngga tulisannya), saya hanya menghimbau agar kita lebih serius memaknai kata maaf, terutama momen maaf-memaafkan saat lebaran. Maaf yang benar-benar meresap, dan itu saya akui sulit. Dan juga saya akui, terkadang saya termasuk dalam golongan orang-orang seperti yang saya contohkan di atas. Tapi tidak ada salahnya berusaha dan mencoba menjadi manusia yang lebih baik. Itu proses berkelanjutan yang tidak akan pernah selesai. Mari kita mulai dengan mencoba meminta maaf dan memberi maaf dengan maaf yang bermakna, bukan sekedar karena dihadapkan dengan momen lebaran.
Tulisan diatas tidak dimaksudkan untuk menyinggung siapapun juga. Kalau ada yang merasa tersinggung, mumpung masih dalam suasana lebaran, Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mohon maaf batin (karena tulisan takkan pernah menyakiti lahir) atas tulisan yang (sumpah) tidak disengajakan untuk menyakiti perasaan.
NB: Tulisan gw yg agak waras kayak gini kadang membuat gw takjub sendiri. Satu lagi, inspirasi tulisan ini juga karena teringat dengan debat kusir ngga karuan di fesbuk dengan teman2 sekitaran lebaran 2011 kalo ngga salah. bahahahangke.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar