Kebetulan tadi saya dapat giliran ronda. Jadwal ronda saya setiap malam sabtu. Kegiatan rutin yang membosankan tapi perlu dilakukan. Satu kali seminggu, tapi itu mungkin satu-satunya media sosial yang menghubungkan saya dengan lingkungan tempat tinggal saat ini, namanya juga pendatang baru.
Yang hendak saya bahas disini bukan tentang ronda, media sosialisasi, dll. Akan tetapi kejadian sepele saat saya ronda. Salah satu teman ronda berselancar di dunia maya melalui handphone tepat saat jam 12 malam berlalu. Hal itu rutin dilakukannya setiap kali ronda. Karena penasaran, saya akhirnya bertanya.
"liat apaan sih mas?"
"hehehe... liat nomer bro"
Hohohoho..... ternyata dia cuma rutin melototin angka-angka yang keluar setiap hari dari judi togel yang dipasangnya. Katanya sih putaran Shanghai. Artinya nomor yang keluar adalah nomor yang resmi dikeluarkan oleh bandar judi besar di Shanghai. Naahhh... nomor itulah yang dijadikan patokan oleh bandar judi lokal untuk menentukan angka yang keluar. Katanya sih supaya lebih terbuka dan terpercaya, soalnya dengan demikian, bandar judi lokal tidak bisa mengotak-atik nomor yang akan keluar untuk menghindari kerugian jika banyak penjudi yang menang besar karena nomor yang dipasangnya keluar.
Tiba-tiba saya mendengar makian yang keluar dari mulutnya. Lantas saya bertanya
"kenapa marah-marah mas?"
"ini lho, nomor yang kupasang nyaris kena. Aku pasang 813 tapi yang keluar malah 863, cuma beda satu angka" jawabnya sambil terus menggerutu.
Saya cuma tersenyum (maniiiisssss sekali)
Lantas pikiran saya melayang memikirkan kejadian tersebut (namanya juga ronda, cuma duduk-duduk ngga ada kerjaan). Teringat kata-kata teman saya tadi "nomor yang kupasang nyaris kena". Uuuppss... Ada yang salah disini. Teringat pelajaran dari masa lalu tentang probabilitas. Itu berarti tidak ada istilah "nyaris kena" dalam judi togel karena semua angka memiliki peluang yang sama untuk keluar,mulai dari 000 sampai 999 (berarti ada 1000 angka yang bisa dipasang). Untuk pasangan tiga angka, setiap angka mempunyai peluang yang sama sebesar 1/1000.
Bayangkan, kemungkinan menang bagi penjudi cuma 1/1000. Disisi lain bandar memiliki peluang menang sebesar 999/1000. Benarlah pameo yang menyatakan "bandar tidak mungkin kalah". Memang hitungannya tidak sesederhana itu karena banyak orang yang memasang taruhan dengan memasang nomor yang berbeda-beda. Tapi hitungan bodohnya, kecil sekali kemungkinan bagi bandar untuk rugi.
Bandar baru bangkrut seandainya seluruh petaruh memasang nomor yang sama dan nomor itu keluar. Hal yang hampir mustahil terjadi dalam kenyataan. Kalau itu terjadi, maka bandar yang buntung tersebut akan dinobatkan menjadi bandar judi paling sial sepanjang sejarah perjudian dan bahkan sepanjang sejarah kemanusiaan dan namanya akan dikenang sepanjang masa!
Kembali pada teman saya tadi, seandainya dia menggunakan logika yang sehat, dia pasti akan berhenti berjudi. Tapi judi adalah candu yang dipenuhi dengan "siapa tahu". Siapa tahu sekarang saat keberuntungan saya. Sementara bandar berkata "sudah pasti saya lah yang untung".
Seandainya para penjudi itu menggunakan logika. Tidak usahlah menjejak pada persoalan bahwa judi dilarang agama, melanggar hukum, dll. Cukup menggunakan logika yang sehat. Saya yakin masalah probabilitas sudah diajarkan di sekolah. Sayangnya pelajaran sekolah kebanyakan hanya berputar-putar di dalam ruang kelas dan menari-nari dihalaman buku. Pelajaran yang langsung menguap entah kemana saat si pembelajar tadi masuk ke dunia nyata. Sebuah ketidakmampuan dalam mengimplementasikan teori kedalam praktek.
Mungkin saya terlalu jauh melenceng, akan tetapi menurut saya logika penjudi tadi merupakan salah satu bukti kegagalan pendidikan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar